Sudah satu tahun saya memegang Testing Center Pearson Vue . Tak jarang banyak yang tanya macem-macem ke saya mengenai sertifkasi, menganggap saya serba tahu padahal modalnya cuma google. He…he…
Tujuan orang yang ambil sertifikasi ke saya macem-macem, ada yang mau naik gaji, naik jabatan,buat memenuhi syarat ikut project, nambah portfolio, disuruh atasan dan lain-lain. Kebanyakan tujuan mereka ingin mendapatkan penghasilan lebih dari bermodalkan sertifkasi. Wah…hebat juga kan sertifikat, hanya selembar kertas tapi bisa mempengengaruhi penghasilan sesorang. Bener nggak sich….???
Sertifikat adalah pengakuan secara sah atau legal yang dikeluarkan oleh lembaga atau perushaan yang mengeluarkan standar. Misalnya CCNA merupakan sertifikat standar untuk seorang Teknisi jaringan level Associate yang dikeluarkan oleh Cisco. Adanya sertifikat ini adalah untuk menstandarisaikan kemampuan seorang Teknisi Jaringan menurut perusahaan Cisco dan salah satu efeknya adalah terstandasisaikannya juga income yang memiliki sertifkat. Standarisasi suatu kemampuan memang penting, salah satunya agar compatible dengan apa yang akan dikerjakannya. Ketika sebuah perusahaan ditinggal kabur oleh pegawainya yang bersertifkasi CCNA, perusahaan itu pada dasaranya tidak harus terlalu sibuk mencari spesifikasi pekerja yang macem-macem, tinggal sebut saja butuhnya yang bersertifkat CCNA maka secara umum perusahaan tersebut akan mendapatakan pegawai yang memiliki kemampuan yang sama dengan pegawai lamanya. Andaikan tidak ada standarisasi maka bisa repot , perusahaan harus bisa memastikan pegawai barunya ini bisa dengan kerjaan yang akan diberikan.
Contoh lain mengeni pentingnya standarisasi adalah pada ponsel kita, kita punya satu jenis ponsel tapi dalam penggunaan kartu SIM kita bisa menggunakan product manapun walaupun beda perusahaan yang mengeluarkannya. Hal ini dikarnakan adanya standasisai pada pemakaian frekwensi dan bentuk dari kartu SIM. Bencana terjadi kepada perushaan yang tidak mengikuti standarisai sebut saja Telkom Flexy yang hanya bisa dipakai untuk product tertentu saja, akhirnya ditinggalkan konsumennya tapi sekarang udah mulai ikut standar juga sih.
Kembali ke sertfikasi lagi. Kesimpulannya agar adanya standarisai yang salah satunya standarisasi pada segi kemampuan. Hanya saja. Ada saja penyakit-penyakit yang merusak nilai dari sebuah sertifkat. Biasanya untuk mendapatkan sertifkat orang harus menyelesaikan ujian-ujian yang diberikan oleh perusahaan yang memberikan standar, tapi ada juga yang menggunakan cara cara hitam, macem-macem modus operandinya. Ada yang hanya dengan menghafal soal beserta jawabannya ada juga yang paling parah membayar joki untuk ujian. Hal inilah yang paling membahayakan karena dapat merusak kepercayaan Perusahaan terhadap sertifkasi. Imbasnya macam-macam yang pastinya berakibat adanya krisis kepercayaan kepada orang-orang yang bersertifkasi.
Sebenaranya perusahaan-perusahaan yang mengeluarkan sertifkasi juga selalu terus berusaha mengeluarkan teknik-teknik untuk memperkecil orang mangambil sertifkasi jalur hitam, bisa lewat update soal ujian yang berkala, upgrade kemananan aplikasi ujian dan prosedur dalam pengambilan ujian sertifkasi. Jalur hitam ini juga pada dasaranya merupakan musuh dari sebuah Testing Center dan training Center karena jika hal ini dibiarkan imbasnya juga bisa menurunkan kepercayaan pada bisnis mereka. Lebih parah lagi, jika sebagai orang Indonesia mengambil jalur hitam dalam pengambilan sertifikasi maka nilai kepercayaan terhadap SDM Indonesai yang bersertifkasi juga akan ditanyakan dimata dunia.
Hmm…akhirnya… mau dibawa kemana bangsa ini….?
Leave a Reply